• Posted by : Jeni Ratna Sari 11 Sep 2011

    Sekarang aku sudah kuliah di PTS terkemuka di kota Bandung, setelah kakakku menikah (baca “AKU DAN MBAK DESI KAKAKKU”) aku tidak pernah lagi melakukan kegiatan seks dengannya. Di kampus, sudah lama aku berkenalan dengan Ratna teman kuliahku. Orangnya pendiam,tidak banyak omong, namun apabila suah kenal, akan nampak bahwa dia ternyata sangat supel. Dengan jilbab yang menghiasi wajahnya, tubuhnya yang sangat montok tidak banyak menarik perhatian orang. Pernah sekali aku melihat dia memakai baju biasa tanpa jilbab, waktu aku main ke kostnya. wow, ternyata Ratna sangat sexy. Namun pemandangan itu hanya sebentar saja, karena dia cepat-cepat mengganti baju tidurnya dengan gamis dan jilbabnya. Hal itu mengingatkan aku akan kakakku dan semakin membuatku ingin menjamah tubuhnya. Namun selalu saja dia bisa menolak. Paling-paling, kami hanya berciuman, namun tidak pernah lebih dari itu.

    Siang itu Ratna kuajak jalan-jalan ke hutan wisata yang ada di sebelah Utara kota Bandung. Setelah parkir, akupun mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dan strategis buat pacaran. Begitu dapat, kamipun asyik ngobrol ngalor ngidul. Tak sengaja, tanganku asyik mngelus-elus jemarinya di atas pahanya. Ratnapun menatapku dengan sayu. Segera kucium bibirnya yang mungil. Ratnapun menyambut dengan antusias. Lidahnya dengan lincah memilin lidahku hingga membuatku tersengal-sengal. Kudekap erat tubuhnya, sambil tangan kananku mencoba meremas-remas pantatnya yang bahenol dan dia tidak menolaknya. Tubuhnyapun bergetar hebat. Pelahan tanganku merayap menyingkapkan rok panjangnya dan mengusap pahanya yang ternyata sangat mulus sekali. Kutelusupkan jemariku ke dalam celana dalamnya.
    “ Mas, jangan ahhh, malu dilihat orang” katanya sembari mencoba mencegah tanganku beraksi lebih lanjut.
    “Pindah tempat yuk, yang lebih aman,” ajakku sambil terus mencoba meremas teteknya.
    Ratna langsung menggelinjang. Terasa teteknya yang ranum mulai mengeras, tanda bahwa Ratna mulai terangsang hebat. Matanya yang sayu jadi tampak mesum, tanda Ratna dilanda rangsangan birahi yang amat dahsyat. Kamipun segera berbenah diri, membetulkan pakaian yang sempat berantakan. Kami pun segera pulang dan ku ajak Ratna ke rumah kontrakanku. Di kota Bandung aku mengontrak rumah mungil dan tinggal sendirian.
    Saat itu, hari sudah gelap. Sebenarnya aku sudah nggak tahan lagi ingin mencium dia lagi, dan tahu sendirilah selanjutnya. Tapi gimana lagi, lha wong Ratna hanya diam terpaku. Aku jadi malah takut, jangan-jangan dia menyesal telah mau kuajak nginap di rumahku.
    “Em, lagi mikirin apa? Kok termangu-mangu ?” tanyaku sambil menghampirinya.
    Ratna hanya memandangku sekilas.
    “Sudahlah, tiduran saja di kasur, aku nanti biar tidur di sofa. Aku janji nggak akan menyentuhmu kecuali kalu Ratna pengen,” kataku lagi sambil menuju sofa.
    Tiba-tiba Ratna menangis dan kuberanikan diriku untuk memeluknya dan menenangkannya, Ratna tak menolaknya. Setelah agak tenang kubisiki dia bahwa dia tampak cantik malam ini apalagi dia mengenakan jilbab. Aku sangat suka pada wanita yang mengenakan jilbab. Ratna tersenyum dan menatapku dalam, lalu memejamkan matanya. Kucium bibirnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku. Kami berciuman dengan penuh nafsu. Kusibakkan jilbabnya yang menutupi lehernya lalu aku turun ke lehernya.
    Ratnapun mendesah “Aaaahh.”
    Mendengar itu kuberanikan meremas teteknya yang montok. Ratna mendesah lagi, dan menjambak rambutku. Setelah beberapa saat kulepaskan dia. Ratna sudah terangsang, kuangkat baju panjangnya, tampaklah BH hitamnya yang sangat kusukai.
    Aku mulai meremas tetek yang masih terbungkus BHnya, diapun melenguh terangsang. Lalu mulai kusingkap BH hitamnya ke atas tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras. Kubasahi telunjukku dan mengelusnya, Ratna hanya memejamkan matanya dan menggigit bibirnya.
    Kulanjutkan menyingkap rok panjangnya, dia memakai celana dalam warna hitam berenda transparan sehingga tampak sebagian rambut memeknya yang lembab. Sengaja aku tidak melepas jilbab dan gamisnya. Ratna tampak lebih sexy dengan hanya memakai jilbab dan gamis yang tersingkap. Aku mulai menurunkan celana dalam hitamnya dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi. Jembut di sekitas bibir memeknya tercukur bersih, hanya bagian atasn memekya yang berjembut. Memeknya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan mulai basah.
    “Kamu rajin mencukur ya,” tanyaku.
    Dengan wajah memerah dia mengiyakan. Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, kujilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Ratna menggelinjang keasyikan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan. Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar. Seirama dengan sapuan lidahku di puntingnya, Ratna makin terangsang, dia bahkan menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke teteknya.
    “Mas, enakh… banget…enakh…” desah dan lenguhnya.
    Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan “Mas… Ratna… mo… keluaaaarrr!”
    Sambil berteriak Ratna orgasme, denyutan memeknya kurasakan di tangan kananku. Ratna kemudian berdiri.
    “Sekarang giliranmu,” katanya.
    Celanaku langsung dilucutinya dan akupun disuruhnya berbaring. Salah satu tangannya memegang kontolku dan yang lain memegang zakarnya, dia mengelusnya dengan lembut.
    “Mmmmhhh…,” desahku.
    “Enak ya, Mas.” Akupun mengangguk.
    Ratna mulai menciumi kontolku dan mengelus zakarnya. Ia mengemut dan mengocoknya dengan mulut. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku, kocokannya sungguh nikmat. Aku heran, sejak kapan dia belajar mengulum dan mengocok kontol. Nampak dia sudah sangat mahir dalam urusan kocok-mengocok kontol.
    “Belajar darimana Rat, kok lincah banget?, tanyaku.
    “Hmmm, aku pernah liat BF bareng teman-teman di kostku. Kayaknya enak banget, dan ternyata memang benar,”jawab Ratna sambil terus mengulum kontolku.
    Ratna tampak sexy dengan jilbab yang masih terpasang diwajahnya. Tetekya keluar karena kaosnya terangkat keatas. Bibirnya yang mungil sibuk melumat habis kontolku.Kupegang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya saat turun. Sesaat kemudian dia berhenti.
    “Mas, kontolmu lumayan besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin terangsang nich.”
    Aku hanya tersenyum, lalu kuajak dia main 69, dia mau. Memeknya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan kencang, sedang Ratna masih asyik mengocok kontolku. Saat itu aku baru menikmati lagi memek seorang akhwat, setelah kakakku menikah. Aku mulai menjilati memeknya, harum sekali bau sabun bercampur lendir kewanitaanya. Klitorisnya sampai memerah waktu kuhisap lendir yang meleleh di sela-sela memeknya.
    Tiba tiba dia berteriak saat kuhisap memeknya keras-keras. “Masss… I lovvve ittt, babbyy”, dia menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena memeknya sedang kujilati.
    Saat itulah aku rasakan lendir wanita lagi selain punya kakakku dulu yang asam-asam pahit tapi nikmat. Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum keluar dan aku bilang ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan kontolku ke sela-sela pahanya yang menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Baru dijepit pahanya saja, rasanya sudah di awang-awang. Apalagi kalau kontolku bisa masuk ke memeknya. Beberapa lama kemudian, aku bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku. Ratna memandangku dengan sayu. Segera kukulum puting teteknya yang tampak mengeras itu. Kontan dia melenguh hebat. Ternyata puting teteknya merupakan titik rangsangnya. Dengan diam-diam aku mulai menempelkan kontolku ke bibir memeknya yang ternyata sudah basah lagi.
    Kugesek gesek dan ku tekan-tekan kontolku ke memeknya karena aku tidak mau mengambil keperawanannya, karena aku sangat mencintai dan menyayanginya. Saat aku berada di atas Ratna, kujilati teteknya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu. Tanpa pikir panjang-panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu.
    “Mass… aku mauuu keluaarrr”
    Aku juga menjawabnya “Em… kayaknya akuu jugaa maauu…”
    Nggak sampai 2 atau 3 detik, badanku dan Ratna sama-sama bergetar hebat dan aku merasakan ada yang keluar dari kontolku diatas memeknya. Aku juga merasa ada yang membasahi kontolku dengan amat sangat. Setelah itu, Ratna terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya. Aku mulai membelai-belai rambutnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas.
    Keesokan harinya aku terbangun dan melihat ratna sudah memakai gamis dan jilbabnya dengan rapi, kemudian dia memelukku serta berkata
    “Mas makasih kamu tidak mengambil keperawanku, padahal aku sudah tidak tahan lagi untuk merasakan kontolmu yang besar itu”
    Aku tersenyum lalu aku bilang “selaput daramu nanti akan aku minta pada malam pertama setelah kita menikah nanti”
    Setelah kejadian itu, kami sering melakukan lagi tapi hanya sebatas oral dan petting saja.

    0 komentar

  • Online

    Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Forum Bersama Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan