• Posted by : Tanpa Nama 17 Mac 2014

    Pagi itu wajah Rif’ah, seorang akhwat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terlihat tegang mendengar penuturan beberapa akhwat yuniornya mengenai maraknya website dan blog cabul di internet yang mengeksploitasi akhwat, terutama akhwat PKS. Sebagai akhwat yang cukup senior di kalangan PKS, Rif’ah sudah lama mendengar mengenai hal ini namun saat itu dia diberitahu bahwa semua foto dalam website tersebut merupakan foto-foto rekayasa kasar, Rif’ah tidak tertarik untuk melihatnya. Berbeda dengan berita yang disampaikan para akhwat yuniornya yang mengatakan bahwa website-website cabul itu sekarang berisi foto-foto asli dan bukan rekayasa, bahkan yang membuat Rif’ah sangat terkejut ketika mereka menyebutkan bahwa di antara foto-foto cabul akhwat dalam website itu terdapat beberapa foto cabul akhwat yang berwajah mirip dirinya. Tentu saja akhwat PKS ini menyanggah keras foto-foto cabul tersebut sebagai foto-foto dirinya, hanya saja berita tersebut membuat Rif’ah penasaran dengan website-website cabul tersebut. Terdorong ingin meng-cross check kebenaran berita tersebut, Rif’ah kemudian meminta alamat website-website cabul yang disebutkan akhwat yuniornya. 

    Jam di HP milik Rif’ah menunjukkan pukul 13.00 lewat ketika akhwat PKS ini berjalan keluar dari gerbang kampusnya. Sebagaimana niatnya tadi pagi, akhwat PKS yang masih tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir di sebuah PTN di sebuah kota di Jawa ini bermaksud singgah ke sebuah warnet. Akhwat PKS berwajah ayu dan lembut ini memang bermaksud membuktikan berita yang dibawa akhwat yuniornya tadi pagi. Rif’ah sengaja memilih warnet yang mempunyai box tertutup untuk menghindari prasangka buruk orang lain terhadapnya. Sebagai seorang akhwat PKS tentunya Rif’ah berusaha menjaga citra dirinya saat dia membuka website dan blog cabul yang dikatakan akhwat yuniornya tersebut. Boleh jadi orang lain akan mencemooh jika seorang akhwat PKS seperti dirinya terlihat membuka website cabul dan porno.

    “Ada yang kosong mas?” tanya Rif’ah kepada operator warnet.

    “Mmm…Nomor 10..mbak” jawab operator warnet tersebut yang kebetulan cowok keturunan chinesse sedikit terkejut melihat akhwat PKS ini.

    Keberadaan Rif’ah di warnet tersebut memang cukup menarik perhatian. Bukan saja karena kecantikan yang dimiliki Rif’ah, namun juga karena penampilan Rif’ah dengan jilbab putih lebar dan jubah panjang warna coklat susu yang membungkus sekujur tubuhnya serta kaus kaki krem yang menutup kedua kakinya. Jarang sekali ada wanita berpakaian seperti Rif’ah masuk ke warnet seperti ini, biasanya wanita-wanita alim seperti Rif’ah lebih memilih warnet yang mempunyai box terbuka seperti warnet-warnet di kampus. Cowok chinesse, operator warnet sempat terpesona melihat kecantikan Rif’ah namun penampilan akhwat PKS yang alim ini membuatnya segan untuk berbuat lebih jauh. Walaupun ada rasa segan pada diri cowok operator warnet kepada Rif’ah, namun mata cowok itu nyaris tak berkedip melihat goyangan pantat Rif’ah ketika berjalan menuju box warnet nomor 10. Jubah panjang longgar yang dikenakan Rif’ah ternyata tak mampu secara sempurna menyembunyikan pantatnya yang besar sehingga membuat cowok chinesse itu menelan ludah membayangkan tubuh di balik jubah yang dipakai akhwat PKS ini.

    Dalam box warnet no 10 yang tertutup itu, Rif’ah mulai membuka beberapa alamat wabsite cabul yang diberikan akhwat yuniornya tadi pagi. Tak sampai lima menit kemudian, mata Rif’ah yang lebar membelalak melihat website-website cabul tersebut. Wajahnya yang putih juga berubah merah padam menahan kemarahan dan rasa jijik melihat website serta weblog yang melecehkan akhwat secara seksual terutama akhwat PKS. Beberapa cerita porno tentang akhwat serta foto-foto yang mempertontonkan kemulusan tubuh akhwat seperti dirinya membuat Rif’ah merasa terhina dan terlecehkan. Akhwat PKS ini juga merasa geram dan nyaris tidak percaya ketika kemudian dia mendapati beberapa foto cabul seorang wanita memakai jilbab putih lebar dengan wajah mirip dirinya sebagaimana laporan akhwat yuniornya. Tubuh akhwat PKS ini gemetar menahan kemarahan dan rasa tak percaya melihat pose-pose wanita berjilbab putih yang berwajah mirip dirinya. Tanpa sadar akhwat PKS-yang dalam kesehariannya bertabiat lembut ini-mengumpat karena kemarahannya melihat foto-foto tersebut.

    Melihat betapa akhwat seperti dirinya dilecehkan dalam website tersebut, Rif’ah terdorong untuk membuat laporan khusus mengenai hal ini. Rif’ah berniat mengajukan semuanya ke Bagian Kewanitaan DPP PKS di Jakarta untuk dibahas, kebetulan dia mengenal baik beberapa akhwat senior yang duduk dalam struktur kepengurusan DPP PKS Bagian Kewanitaan. Tak cukup sampai di situ, akhwat PKS ini juga berniat untuk melaporkan keberadaan website ini kepada pihak kepolisian agar pembuat situs ini ditangkap polisi. Dengan flashdisk miliknya, Rif’ah kemudian menyimpan puluhan cerita porno mengenai akhwat serta gambar-gambar cabul yang terpampang, terutama foto-foto wanita berjilbab yang mirip dengan dirinya. Satu persatu beberapa foto cabul dan cerita-cerita erotis mengenai akhwat berpindah ke flashdisknya yang berkapasitas 1 GB tersebut

    Rif’ah adalah seorang akhwat berusia 23 tahun yang alim serta tumbuh dalam lingkungan keluarga yang alim pula. Gadis alim yang berasal dari Solo ini mulai memakai jilbab ketika dia duduk di kelas 2 SMP dan jilbab tersebut melekat pada dirinya hingga dia hampir menyelesaikan kuliahnya saat ini. Selama kuliah di sebuah PTN tersebut, Rif’ah aktif sebagai kader PKS bahkan akhwat ini juga duduk dalam kepengurusan DPD PKS setempat. Berkecimpung dalam partai berlambang bulan sabit kembar itu membuat Rif’ah terlihat semakin alim. Dalam hal pergaulannya dengan laki-laki, Rif’ah juga selalu menjaga jarak. Selama ini, Rif’ah memang didoktrin untuk menjaga jarak dengan lawan jenisnya, sehingga tidak pernah sekalipun terlihat gadis alim berwajah cantik ini berakrab-akrab dengan teman laki-laki. Sebagai seorang akhwat, boleh dikatakan Rif’ah nyaris sempurna. Selain memiliki wajah cantik dan tabiat yang lembut, Rif’ah juga jauh dari hal-hal porno atau cabul sejak kecil bahkan bagi dirinya hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang tabu.

    Namun siang ini, akhwat PKS yang alim ini terpaksa melihat hal-hal tabu tersebut untuk pertama kalinya sepanjang hidupnya. Awal mula, Rif’ah memang sempat shock, bukan saja karena kemarahan yang dirasakannya namun juga karena dia tidak pernah melihat gambar-gambar cabul dan porno sebelumnya. Pada mulanya memang Rif’ah merasa jijik dan marah …
    …bukan saja karena kemarahan yang dirasakannya namun juga karena dia tidak pernah melihat gambar-gambar cabul dan porno sebelumnya. Pada mulanya memang Rif’ah merasa jijik dan marah melihat website tersebut, namun semakin lama akhwat PKS itu menjelajahi berbagai website dan blog cabul itu, rasa marah dan jijik yang dirasakan akhwat ini di menit-menit pertama berubah menjadi rasa malu. Wajah Rif’ah yang ayu dan lembut ini bersemu merah melihat foto-foto dalam website dan blog cabul tersebut, apalagi ketika dia melihat foto-foto wanita berjilbab putih lebar yang berwajah mirip dirinya tengah mengulum batang kontol laki-laki yang tegang.

    Mata Rif’ah yang lebar ini membelalak nyaris tak berkedip melihat foto-foto wanita berjilbab yang tengah mengulum batang kontol laki-laki. Mata Rif’ah tak lagi memperhatikan wanita berjilbab putih yang berwajah mirip dirinya namun matanya kini lekat melihat batang kontol laki-laki yang tengah dikulum dan ada juga yang diremas oleh wanita berjilbab itu. Rif’ah menggigit bibirnya kuat-kuat menahan debaran jantungnya yang berdegup kian kencang melihat urat-urat kontol laki-laki yang menonjol dalam foto tersebut. Tubuh akhwat PKS ini gemetar ketika tanpa disadarinya dia mengkhayalkan dirinya yang mengulum kontol laki-laki yang menggiurkan itu. Seumur hidupnya, baru kali ini Rif’ah melihat batang kontol laki-laki walaupun hanya dalam foto, terlebih kontol berukuran istimewa itu dalam keadaan tegang. Nafas akhwat PKS yang alim ini mulai memburu dan dia mulai merasakan denyutan-denyutan di bagian dalam kemaluannya yang terasa gatal sebagaimana layaknya wanita yang mulai terangsang birahi.

    Rif’ah memang seorang akhwat PKS yang alim dan selama ini jauh dari berbagai hal yang porno dan mesum bahkan dia selalu menjaga jarak dalam hubungan dengan laki-laki, namun Rif’ah tetap seorang wanita normal yang mempunyai gairah terhadap lawan jenisnya. Rif’ah yang telah berusia 23 tahun seringkali timbul gairah birahinya kepada lawan jenisnya secara alamiah Rif’ah sering terangsang terhadap lawan jenisnya, namun apabila birahinya mulai terangsang, akhwat PKS ini segera menekannya dengan berbagai aktivitas. Wajah Rif’ah yang cantik seringkali menjadi masalah tersendiri karena membuatnya sering digoda oleh laki-laki, walaupun dia telah memakai pakaian tertutup rapat. Godaan-godaan para laki-laki yang berbentuk ucapan-ucapan mesum, sentuhan atau kadang menempelkan tubuh mereka ke tubuhnya saat di biskota juga dapat membuatnya terangsang namun semua rangsangan birahi yang dirasakannya dapat diredamnya dengan baik. Rif’ah merasa dirinya mampu menjaga diri dan mengendalikan birahinya, tidak seperti beberapa akhwat PKS yang diketahuinya melampiaskan birahinya dengan bermasturbasi. Saat Rif’ah menanyakan alasan mereka melakukan masturbasi, beberapa akhwat PKS yang beberap di anatarnya adalah teman kostnya itu menjawab bahwa masturabsi lebih baik daripada berzina sementara mereka masih belum mau menikah dengan berbagi sebab. Rif’ah merasa maklum dengan alasan akhwat tersebut karena keadaan kampus-kampus sekarang yang penuh dengan godaan zina di mana-mana, akan tetapi akhwat PKS ini tidak mau mengikuti jejak akhwat tersebut ikut bermasturbasi.

    Kali ini birahi Rif’ah juga merasa terangsang namun rangsangan itu bukan datang secara alamiah atau gangguan dari orang lain. Birahi akhwat PKS ini terusik karena perbuatan dirinya sendiri sehingga kali ini Rif’ah merasa kesulitan untuk mengendalikannya seperti biasanya. Kian lama birahi akhwat PKS semakin kuat membuat Rif’ah melupakan doktrin moral yang selama ini dipeganginya dan keberadaannya sebagai salah seorang akhwat PKS. Box warnet yang tertutup itu membuat Rif’ah leluasa menjelajahi berbagai website erotis dan porno yang didapatinay dengan search engine Google, terutama yang menampilkan foto-foto laki-laki telanjang bulat dan mempertontonkan kontol mereka yang tegang. Nafsu birahi Rif’ah yang mendorong akhwat PKS ini tak lupa untuk menyimpan foto-foto tersebut ke dalam flash disk miliknya. Hampir satu jam kemudian wajah Rif’ah yang tengah dilanda birahi sudah sangat memerah dan terlihat kontras dengan jilbab putih lebar yang dipakainya. Jubah coklat susu yang dipakai Rif’ah juga terlihat kusut pada bagian selangkangannya, karena sebelumnya akhwat PKS ini tak mampu menahan tangannya untuk menggosok-gosok bagian selangkangannya setelah rasa gatal dalam kemaluannya tak tertahankan lagi. Nafas Rif’ah juga memburu dengan jantung yang berdegup kencang dan akhwat PKS ini merasakan buah dada dalam jubahnya yang terbungkus BH berukuran 34C itu menjadi sangat kencang dan mengeras.

    Satu jam lebih lamanya Rif’ah dilanda birahi dalam box warnet bernomor 10 yang tertutup itu. Dalam keasyikan menjelajahi website-website porno tiba-tiba Rif’ah dikejutkan bunyi pertanda SMS masuk di HP nya.

    “Hmm..dari Faizah..”gumam Rif’ah ketika melihat sms yang dikirim oleh salah seorang akhwat di tempat kostnya yang seluruh penghuninya adalah akhwat PKS. Isi sms itu mengabarkan bahwa salah seorang akhwat di tempat kost mereka terpergok menyimpan berbagai bacaan dan gambar porno di kamarnya. Rif’ah sebagai akhwat yang dituakan di tempat kost tersebut diharapkan bisa menyelesaikan kasus ini apalagi ini adalah kasus yang keenam yang terjadi di tempat kost mereka.

    Mendapat sms dari Faizah seperti itu, tubuh Rif’ah gemetar. Akhwat PKS yang alim ini segera tersadar dari apa yang sedang dilakukannya di box warnet ini. Akhirnya dengan perasaan kalut, Rif’ah menutup seluruh website porno yang telah dikunjunginya dalam waktu satu jam lebih ini dan bermaksud segera angkat kaki dari warnet ini. Ketika seluruh windows website-website porno itu telah tertutup hingga tinggal tampilan dekstop yang terlihat di layar monitor, mata Rif’ah melihat sebuah icon yang berjudul Koleksi Movie di layar monitor. Tiba-tiba timbul keinginan Rif’ah untuk mengkliknya sehingga dia menunda untuk segera keluar dari box warnet. Setelah akhwat PKS ini mengklik dua kali icon tersebut, terpampanglah puluhan folder judul film yang tengah menjadi box office di layar monitor. Namun mata akhwat PKS berwajah cantik ini melihat salah satu folder berjudul Surga yang membuat dahinya berkerenyit heran. Dengan diliputi rasa heran, Rif’ah mengklik folder berjudul Surga itu yang sekejap kemudian terpampang 2 file film berukuran besar yang membuat akhwat PKS ini semakin penasaran. Niatnya untuk keluar dari box warnet tertunda ketika rasa penasaran itu mendorongnya mengklik file film berjudul Surga yang berukuran …

    ..file film berukuran besar yang membuat akhwat PKS ini semakin penasaran. Niatnya untuk keluar dari box warnet tertunda ketika rasa penasaran itu mendorongnya mengklik file film berjudul Surga yang berukuran lumayan besar.

    “Ahh!”

    Rif’ah terpekik kaget ketika file film itu terbuka ternyata merupakan file film porno. Tubuh Rif’ah seketika menjadi gemetar dan dadanya berdegup kencang. Setelah satu jam yang lalu akhwat PKS ini browsing menjelajahi website-website porno yang menampilkan gambar-gambar porno yang tak bergerak, ternyata kini dia menemukan film yang menyuguhkan gambar cabul yang bergerak. Kembali Rif’ah terombang-ambing antara keinginan melihat dan rasa bersalah, akan tetapi nafsu birahi ternyata masih menguasai akhwat PKS ini membuat Rif’ah kembali duduk dalam box warnet seperti semula. Mata akhwat PKS ini berbinar lebar menyaksikan film yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan dilihatnya. Film yang agaknya berasal dari Jepang itu diawali dengan adegan sebuah keluarga muda dengan dua orang anak yang masih kecil namun adegan itu cuman sebentar dan cerita itu dimulai ketika adik kandung sang suami yang berwajah tampan ikut menumpang di rumah mereka.

    Rif’ah kian tenggelam mengikuti jalan cerita film tersebut yang kemudian sang istri dalam film tersebut tertarik dengan adik suaminya yang masih belia itu. Sang istri dalam film tersebut digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang selalu berkimono tertutup, akhirnya terjadilah perselingkuhan antara adik sang suami dengan sang istri. Birahi Rif’ah kian menguat ketika adegan percintaan pasangan selingkuh ini dieksplo dengan detail. Akhwat PKS yang tengah dilanda birahi ini hanya terengah-engah menyaksikan adegan-adegan persetubuhan yang dimulai hanya 10 menit setelah film dimulai. Puluhan menit berikutnya boleh dikatakan film itu dipenuhi adegan-adegan persetubuhan pria dan wanita degan detail dan close up, membuat Rif’ah yang menonton film tersebut hanya terengah-engah dalam birahi yang kian menggelegak.

    Akhwat PKS ini kembali tenggelam dalam libidonya di depan monitor yang menayangkan film porno. Kali ini Rif’ah tidak hanya sekedar menggosok-gosok bagian selangkangannya namun akhwat PKS ini mengangkat jubah panjang warna coklat susu yang dikenakan hingga ke pinggangnya hingga terlihat sepasang pahanya yang bulat padat dan mulus. Tak sekedar menyingkap jubah yang dipakainya, namun akhwat PKS ini juga menelusupkan tangannya ke balik celana dalam krem yang dipakainya lantas dengan bernafsu jemari tangan akhwat ini menggosok belahan kemaluannya yang kemerahan. Akhwat PKS berwajah menawan ini ternyata mempunyai kemaluan yang indah, membukit putih mulus tanpa sehelai rambut kemaluan yang menghiasinya karen rajin dibersihkan. Bibir kemaluan Rif’ah yang kemerahan kian terlihat memerah ketika tangan akhwat PKS ini menggosok-gosokkannya penuh nafsu birahi.

    Di saat tangan kiri Rif’ah mngggosok-gosok belahan kemaluannya, tangan kanan akhwat PKS ini menyusup ke balik jilbab putihnya yang lebar, lantas dibukanya 3 kancing yang ada di muka jubah tersebut dan tangannya segera menyusup ke balik BH berukuran 34C yang dipakainya. Rif’ah mempunyai sepasang payudara montok membukit indah yang kini terasa kian mengeras. Birahi akhwat PKS ini telah demikian menggelegak ketika tangannya meremas-remas payudaranya sendiri sambil memmelintir putting susunya. Entah darimana Rif’ah belajar bermasturbasi padahal sebelumnya tidak pernah satu detikpun dia melakukan perbuatan masturbasi sebagaimana beberapa akhwat PKS lainnya. Mata Rif’ah melotot adegan-adegan syahwat yang terpampang di layar monitor sementara kedua tangannya merangsang kemaluan dan payudaranya sendiri.

    Puluhan menit berlalu ketika tiba-tiba HP Rif’ah berbunyi nyraing membuat Rif’ah yang tengah asyik dalam birahinya terlonjak kaget, kali ini nada HPnya adalah nada panggil bukan nada SMS. Ketika melihat nama Faizah yang terpampang di layar HP, Rif’ah segera menghentikan meremas payudaranya lalu dengan wajah yang kesal akhwat PKS ini mengangkat telepon.

    “Ada apa Faizah?..” tanya Rif’ah dengan sedikit kesal.

    “Maaf mbak …gimana sms saya tadi…apa Rikhanah perlu dikeluarkan juga dari tempat kost kita sebagaimana beberapa akhwat yang lain?” tanya

    Rif’ah terdiam. Rikhanah adalah akhwat yang dimaksud dalam sms dari Faizah sebagai akwhat yang mengkoleksi gambar dan cerita porno di tempat kost mereka yang seluruhnya dihuni akhwat aktvis PKS..

    “Tunggu dulu…biar saya datang dulu…Rikhanahnya kemana?”

    “Sudah pergi Mbak..mungkin malu dia..tapi barang-barangnya masih di kamarnya dan barang-barang cabul itu sudah saya amankan”

    Rif’ah kembali terdiam.

    “Ya nanti kita bicarakan.. tunggu aku datang aja”

    Ketika kembali pandangan Rif’ah ke layar monitor, film tersebut sudah mendekati akhir, berarti satu jam lebih akhwat PKS tenggelam dalam birahi ketika menonton film tersebut. Telepon dari Faizah tersebut ternyata mampu membangkitkan kembali kesadarannya akan perbuatan yang sedang dilakukaknnya. Dengan gontai Rif’ah membenahi jubah dan jilbab yang awut-awutan dan membuatnya setengah telanjang. Untunglah box warnet itu tertutup rapat tak seoarangpun melihat keadaan akhwat PKS dengan aurat yang tersingkap lebar. 

    Rif’ah keluar dari box warnet nomor 10 setelah hampir 4 jam dia berada di dalamnya. Jubah coklat susu yang dipakainya terlihat kusut masai terutama pada bagian selangkangannya, sementara jilbab putih yang lebar yang dipakainya juga terlihat kusut di bagian dada. Rifa’h berjalan gontai dengan pikiran yang kalut berniat menuju kasir warnet, namun akhwat PKS ini merasakan celan dalam yang dipakainya terasa basah membuatnya risih. Rif’ah menghentikan langkahnya ke meja kasir, akhwat cantik ini segre amenuju toilet warnet. Dalam toilet yang cukup bersih itu, Rif’ah melepas celana dalam krem yang dipakainya di balik jubah. Rif’ah memperhatikan celana dalam yang terasa basah oleh lendir cukup banyak. Sekian jam Rif’ah tenggelam dalam birahi membuatnya berulangkali menyemprotkan cairan kenikmatan yang membuat celana dalamnya basah. Rif’ah segera membungkus celana dalam yang semula membungkus bagian vitalnya dengan tissu kemudian disimpannya dalam tas milik akhwat PKS ini. Sebelum keluar toilet, Rif’ah sempat mencuci kemaluannya yang terlihat putih kemerah-merahan tanpa sehelai rambutpun yang terbiarkan tumbuh. Bukit montok kemaluan Rif’ah yang mulus dengan bibir kemaluan yang merekah …

    …sempat mencuci kemaluannya yang terlihat putih kemerah-merahan tanpa sehelai rambutpun yang terbiarkan tumbuh. Bukit montok kemaluan Rif’ah yang mulus dengan bibir kemaluan yang merekah merah itu dicucinya berulangkali sebelum dilap dengan tisuue. Akhwat PKS yang cantik ini merasa yakin tak seorangpun mengetahui dirinya saat ini tidak memakai celana dalam saat ini. Jilbab putih lebar serta jubah panjang yang dipakainya terasa cukup untuk menyembunyikannya. Rif’ah membuka pintu toilet lantas dengan sedikit canggung, akhwat PKS ini berjalan menuju ke kasir warnet yang masih dijaga oleh cowok chinesse. Cowok itu memandang Rif’ah dengan pandangan penuh arti sembari tersenyum.

    “Sudah mbak?”tanyanya sembari tetap memandang akhwat PKS yang cantik ini.

    “Ya” jawab Rif’ah pendek sambil menyodorkan lembaran uang pecahan 20 ribu. Akhwat PKS ini menyadari pandangan cowok chinesse yang seakan ingin menelanjanginya sehingga membuatnya tidak menyukai pandangan cowok chinesse tersebut.

    “Mbak jadi member aja…koleksi film kita nambah terus lho. Makin asyik lho” ujar cowok itu sambil menghitung uang kembalian.

    Rif’ah terperanjat kaget mendengarnya, wajah ayu akhwat PKS berkulit putih ini seketika menjadi merah padam. Rif’ah tidak menyangka kalau operator warnet bisa mengetahui dia melihat film porno dalam box warnet.

    “Mmm…makasih aja” ujar Rif’ah tergagap lantas tiba-tiba saja akhwat ini setengah berlari menuju pintu keluar warnet. Wajahnya yang merah padam tertunduk dalam-dalam menahan rasa malu yang dirasakannya.

    “Kembaliannya mbak!!..”teriak cowok operator warnet ini namun Rif’ah tidak lagi mendengarnya. Begitu keluar dari warnet akhwat PKS ini juga tidak menunggu bus kota seperti biasanya namun tangannya segera melambai menghentikan taksi yang lewat. (Bersambung)

    0 komentar

  • Online

    Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Forum Bersama Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan