• Posted by : Tanpa Nama 26 Mei 2012


    Malam semakin larut, dingin, karena langit terus mencurahkan air matanya sejak sore tadi, ditambah lagi ruangan itu ac menyala sedari pagi. Novi melirik jam di ujung kanan tampilan monitornya, sudah jam 3 dinihari.
    Novi mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka selama 24 jam. Dan malangnya, Novi harus menjaga warnet itu saat malam hari. Awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Novi terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Anto -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga net itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Dimas yg biasa shift malam di net itu sedang pulang ke kampung halamannya.

    Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira-kira sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Novi bekerja di warnet tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat azan subuh berkumandang.

    Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di warnet ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.

    "Mbak, teh botol satu ya?" Suara itu mengagetkannya.
    "Oh, iya Mas, silahkan." Jawabnya
    "Loh kuncinya mana Mba?"
    "Oh, iya, ini Mas" Jawab Novi sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.

    Di Warnet tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah. Pikiran Novi kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Novi berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini. Dia sengaja bekerja di Jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pikirnya. Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yang baru pacaran saja bisa melakukan hal-hal nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal-hal yang dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal dua minggu lagi. Intinya, dua minggu itu masih mungkin terjadi hal-hal yg tidak diinginkan olehnya.

    "Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?” tiba-tiba pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.
    "Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?" jawabnya tergagap
    "Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Dimas dong. Penting nih."
    "Oh iya, sebentar ya" Novi pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata "eh, maaf Mba, biar saya aja deh yang cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar."

    Novi jadi bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yang tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Dimas. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Novi duduk di bangku operator tersebut.

    "Udah Mba, Makasih ya."ucapnya sambil berlalu meninggalkan Novi.

    Novi kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira-kira berjarak 100 meter dari net itu. Tiba-tiba dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Anto sempat memintanya untuk memindahkan file-filenya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file-file milik Anto yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai, benar-benar si Anto itu, brantakan sekali sih orangnya.. Pikirnya dalam hati. Tak lama, Anto masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.

    "Gimana Nov? Rame Gak?? " Tanyanya
    "Cuma ada satu orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi."
    "Oh si Toni ya?" Biasa dia mah. Ya udah kamu sana istirahat."
    "Iya, aku pulang dulu ya..” 

    Novi pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lagi, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jadi dia tak perlu membangunkan orang-orang yang masih terlelap dalam tidurnya tersebut.

    Esoknya hujan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana. Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Toni di warnet itu. Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari ketika tiba-tiba saja listrik padam.

    "Yah Mba, gimana neh??" Kata Toni setengah berteriak. Novi tidak menjawab apa-apa, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.
    "Payah deh, lagi seru-serunya pake mati lampu segala lagi," kata Toni yg sudah berdiri tak jauh dari Novi.
    "Ada lilin, Mba??
    "Ada ini baru ketemu, ini saya lagi cari koreknya"
    "Oh, ini aja, saya ada korek kok."

    Sigap tangan Toni menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yang disodorkan Novi. Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut. Toni meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Novi. Novi sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua-duaan dengan seorang pria yang tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.

    Tak sekalipun ia pernah mengalami saat-saat seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Toni. Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan. Setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Kehiningan berlalu saat Toni meminta kunci kulkas.

    "Haus nih mba, aku ambil minum ya."

    Untung saja Novi sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Toni. Toni bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya. Novi terperangah ketika Toni memberikannya sebotol teh botol kepadanya.

    "Biar gak ngantuk,"Kata Toni singkat
    "Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya"
    "Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin"
    "Yah, terserahlah," Akhirnya Novi mengalah karena merasa tak enak hati. Dia tak langsung meminumnya karena Toni lebih dulu bertanya padanya.
    "Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?
    "Iya Mas, kok tau? Dari Anto ya?
    "Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok dua minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta dan kerja disini?”
    "Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja."
    "Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Toni
    "Dari nafsu, saya nggak mau melakukan hal-hal yang mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya." Jawab Novi
    "Oh gitu toh, I see I see" Tony manggut-manggut seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh Novi.
    "Di minum mba minumannya" kata Tony mempersilahkan Novi untuk meminum minuman yg telah dibelikannya.

    Merasa tak enak, Novi pun meminum teh pemberian Toni tersebut. Toni sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum. Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yang sangat hebat tiba-tiba menyerang novi, kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.

    Novi terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba teteknya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat gamis yang ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget-kaget lagi saat menyadari Toni sedang meraba teteknya. Bra yg dikenakannya sudah tidak menutupi kedua bukit indah yang menjulang tersebut.

    "Ngapain kamu, tolong hentikan, jangan macam-macam kamu." katanya sambil berusaha menepis tangan Toni yang sedang menggerayangi teteknya. Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun.

    Toni hanya diam, dia tak menjawab apa-apa. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting tetek Novi dengan jarinya. Tak cuma itu, Toni pun mulai menciumi kedua tetek Novi, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Novi yang masih berwarna pink tersebut. Toni tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.

    Toni tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yang lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Novi setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Novi. Novi sedikit histeris ketika memeknya disentuh oleh jemari toni, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa-siapa, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yang ada di dekat warnet itu, satu-satunya bangunan terdekat adalah rumah Anto, tempat Novi menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.

    Toni mengusap gundukan bukit yang sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir memek tersebut sampai akhirnya Toni tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Novi.

    Novi terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yang diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Toni, entah kapan Toni memasukkan obat bius tersebut. Usaha berontak Novi jelas tidak berarti apa-apa bagi Toni, yang ada Toni malah semakin liar menciumi teteknya. Jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki lubang memek Novi. Novi menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Toni perlahan mulai masuk ke dalam memeknya. Perih. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam memeknya..

    "Oh, kamu masih perawan ya Nov??" tanya Toni setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya.

    Bukannya iba dan menghentikan perbuatannya Toni kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di tetek gadis tersebut.

    "Argh .... tolong hentikan Ton." kata Novi terbata-bata.

    Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Toni, ada perasaan aneh yang menyelusup ke dalam sanubarinya. Perasaan itu semakin menjadi-jadi saat jemari Toni semakin bergerak cepat di dalam memeknya yang terasa semakin licin oleh Toni. Entah karena sebab apa, Novi mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Toni dengan sisa tenaganya. Tentu saja hal tersebut semakin membuat Toni terbenam dalam belahan teteknya, ciuman dan kuluman Toni pun semakin menggila, Toni terus menjilati puting yang indah tersebut.

    "Arghhhhh..... Ton....ARghhhh"
    "Tolong hentikan Toooonnn..."
    "Memek km rapat banget Nov, aku suka, aku juga suka sama puting susu kamu.." Jawab Toni sambil tangannya terus mengocok memek Novi.

    Tubuh Novi seakan mengejang, dirasakannya gerakan Toni menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya. Rasa sakit yang tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.

    "Argh argh ......" Nafas Novi semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa-apa.
    "Ssssssshhhh .... arghhhh." Novi mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.

    Toni sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Novi dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah kontolnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Novi menuruti pemuda itu, dielusnya kontol Toni yang masih terbungkus celana jeans. Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Toni. Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Toni di dalam memeknya, gerakan Jemari toni pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh kontolnya.

    "Pegang seperti ini Nov," Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam kontolnya.
    "Ya Seperti itu. Arghhh..." Toni berkata sambil merasakan nikmat ketika Novi mulai menggenggam kontolnya.

    Novi benar-benar telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan kontol Toni, diputarnya dengan bergairah.

    "Arghhh Ton,,, Ton.." Novi meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan.

    Dia benar-benar merasakan kenikmatan dari gerakan jari Toni yang keluar masuk memeknya yang semakin basah. Sesekali Toni menciumi tetek gadis itu. Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Toni bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu. Setelah beberapa saat, Toni melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Novi dari kontolnya. Novi menatap kontol Toni yang berjongkok di depannya. Baru sekali ini ia melihat kontol lelaki dewasa langsung di hadapannya. Toni yang melihat gadis itu menatap kontolnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Novi kembali meraih kontol Toni yg sudah mulai mengeras.

    "Coba dicium Nov, pasti km suka" katanya pelan, setengah berbisik.

    Novi menatap kontol itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium kontol itu, dikecupnya kontol Toni. Toni tak diam, dielus nya kepala Novi yg masih terbungkus jilbab besarnya. Mulutnya mulai mendesis ketika Novi mulai mengulum kontolnya yang terasa semakin mengeras. Akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya.. Toni akhirnya merebahkan tubuh Novi di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yang sering dilihatnya.

    Novi kembali menjamah kontol yang sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Toni pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam memek Novi. Dia juga menciumi memek tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk memek yang semakin basah itu.

    "Arrrrghhh... nikmat banget Nov, arghhh ...
    Toni semakin bersemangat menjilati memek Novi, jarinya semakin cepat bergerak.
    "Arghh Ton... " Novi terus mendesis di sela kulumannya pada kontol Toni.

    Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat. Tak sanggup menahan perasaan yang semakin memuncak, Toni kembali merubah posisinya. Kini dia berjongkok di depan paha Novi yg masih berbaring. Perlahan dia mengarahkan kontolnya ke arah memek Novi.

    "Mauu aphaa kamu Tonn?" Tanya Novi terbata

    Toni tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan kontolnya. Novi tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar. Novi sedikit histeris ketika kontol Toni yang membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki lubang memeknya.

    "Argghhhh .... pelan-pelan Ton, perih."
    "Iya Nov, tahan ya..." jawab Toni penuh perhatian.
    Toni terus berusaha memasukkan kontol nya ke dalam memek Novi.
    “Arghhh ... ssssshhhhh ... memekmu rapat banget Nov... aku suka ...”
    Pelan tapi pasti akhirnya kontol toni berhasil masuk ke dalam memek Novi.
    "Arghhh... Ton ..." Novi mendesis menahan rasa nikmat yang tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awing-awang.

    Perlahan Toni menggerakkan pinggulnya, menggerakkan kontolnya maju mundur di dalam memek yang semakin terasa becek itu. Semakin lama gerakannya semakin cepat membuat Novi semakin merasa terbang. Novi pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya. Mengimbangi gerakan Toni yg terus menghajar memeknya. Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,

    "Arghhh... enak Nov, nikmat banget"
    "Ton .... aku gak tahan" ceracau Novi sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat.

    Ia benar-benar telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu. Novi terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Toni, ia ingin kontol pemuda itu masuk semakin ke dalam lubang memeknya.

    "Argghhh Tonnnnnn.... trusssss"

    Sampai akhirnya, Novi benar-benar merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Toni, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya.

    "Tonnnn.... argghhhhhh aku .......”
    "Iya Nov.... argggghhh sabar, aku sudah mau….”
    "Arghhhh....."

    Akhirnya Toni merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya. Novi memeluk pemuda itu erat. membiarkan kontol yang masih berdenyut itu tetap berada dalam lubang memeknya. Akhwat itu sadar, ia telah khilangan keperawanan dan kehormatannya yang telah ia jaga selama ini. Hujan masih rintik-rintik diluar sana. Gerimis pun hadir di mata akhwat itu. Penyesalan atas apa yang telah ia lakukan beberapa menit lalu.
    http://jontorbanget.blogspot.com/2011/07/novi-penjaga-warnet.html

    0 komentar

  • Online

    Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Forum Bersama Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan