• Posted by : Tanpa Nama 17 Mac 2014

    Rif’ah membiarkan Faizah menyingkap jubah panjang yang dipakainya hingga ke pinggangnya. Akhwat PKS berwajah cantik ini juga hanya pasrah ketika setelah itu Faizah kemudian menciumi dan menjilati sekujur kakinya dari jemari kakinya lantas kedua betisnya hingga sepasang paha Rif’ah yang padat dan kencang membuat sekujur tubuh Rif’ah dari ujung kaki hingga pangkal pahanya basah kuyup oleh jilatan dan ciuman Faizah. Rif’ah pasrah terhadap segala yang Faizah lakukan terhadap dirinya.
    Faizah tersenyum melihat Rif’ah yang kini dalam keadaan setengah telanjang didepannya. Mata akhwat PKS asal Bekasi ini membulat menatap kemaluan Rif’ah yang terlihat membukit terbungkus ketat oleh celana dalam warna krem.
    “Faizah…jangan!”desis Rif’ah tertahan ketika tangan Faizah menarik turun celana dalam krem yang dipakai akhwat PKS.celana dalam warna krem. 

    “Faizah…jangan!”desis Rif’ah tertahan ketika tangan Faizah menarik turun celana dalam krem yang dipakai akhwat PKS cantik ini. 

    Faizah tidak lagi menanggapi Rif’ah, ketika matanya telah melihat gundukan kemaluan Rif’ah telanjang di depannya. 

    Tubuh Rif’ah tersentak ketika dengan buas Faizah membenamkan wajahnya diantara kedua pahanya dan dalam hitungan detik, Rif’ah merasakan kemaluanya dikunyah oleh akhwat PKS yuniornya ini.Berbagai perasaan berkecamuk dalam diri Rif’ah namun akhirnya nafsu birahilah yang kemudian menguasai akhwat cantik ini. Rif’ah menggelinjang jalang dengan mulut yang mendesah dan merintih merasakan kelihaian jilatan dan sedotan Faizah pada bagian tubuhnya yang paling rahasia tersebut. Begitu mahirnya jilatan dan sedotan Faizah di kemaluan Rif’ah hingga membuat pantat akhwat PKS yang cantik ini terangkat ke atas setiap kali. 

    Dengan mulut masih mencumbu kemaluan Rif’ah, tangan Faizah menggerayangi bagian dada akhwat cantik ini. Tangan akhwat hitam manis ini kembali menyusup ke balik jubah panjang yang dipakainya melalui bagian atas jubahnya yang telah terbuka kancingnya sejak di ruang arsip lantas menelusup ke balik BH yang dipakai Rif’ah. Beberapa saat kemudian tangan Faizahpun telah meremas-remas kedua payudara montok di dada Rif’ah yang telah mengeras dan memilin-milin puting susu payuadara tersebut dengan gemas. 

    “Ahhh…ahhhhh..”rintih Rif’ah dirangsang sedemikian rupa oleh Faizah. Tubuhnya menggelinjang jalang dan kedua tangannya meremas-remas kepala Faizah di selangkangannya yang masih berjilbab sehingga membuat kusut jilbab yang dipakai akhwat anggota Santika ini. 

    Puas mengunyah daging kemaluan Rif’ah, Faizah beralih ke dada akhwat PKS yang cantik ini. Jilbab lebar yang dipakai Rif’ah disingkapnya hingga ke pundak lalu dikeluarkannya sepasang bukit montok di dada Rif’ah dari BH yang membungkusnya hingga terpampang di depan matanya. Faizah terpesona melihat sepasang payudara Rif’ah yang telanjang di depan matanya. Sebelumnya dia pernah sekali tak sengaja melihat payudara telanjang Rif’ah ketika akhwat ini berganti pakaian tapi itu hanya sesaat karena waktu itu Rif’ah segera menutupinya. Sekarang kedua payudara akhwat cantik ini terpampang di depannya dalam keadaan terangsang, sungguh sebuah pemandangan yang sangat menggiurkan. 

    Faizah segera menerkam menciumi dan menjilati kedua payudara Rif’ah secara bergantian. Dkunyah-kunyahnya payudara yang putih mulus itu hingga berbekas bilur-bilur kemerahan lantas disedotnya dan dipelintir puting susu yang tegak kemerahan tersebut dengan gemas membuat Rif’ah semakin jalang merintih oleh birahi yang melandanya. Tubuhnya menggelinjang liar dan mulutnya mendesah dan merintih menahan kenikmatan yang dirasakannya. Rif’ah tidak lagi terpikir bahwa yang merangsangnya adalah akhwat seperti dirinya, yang ada dalam benaknya hanya kenikmatan yang baru pertamakali dirasakannya. 

    “Buka semua bajunya ya mbak…”desis Faizah puas menikmati payudara Rif’ah. Faizah lantas turun dari pembaringan tersebut dan tanpa menunggu jawaban Rif’ah, tangan akhwat PKS anggota Santika ini segera jilbab putih lebar yang dipakai Rif’ah kemudian jubah panjangnya dan bh warna krem yang dikenakannya hingga akhirnya Rif’ah telanjang bulat. Faizah benar-benar terpesona melihat Rif’ah yang kini tergolek di pembaringan tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Tubuh bugil Rif’ah begitu indah sehingga beberapa saat Faizah terpesona memnadnag sekujur tubuh bugil Rif’ah dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya. 

    Rif’ah membiarkan Faizah memandangi sekujur tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Akhwat cantik ini balas memandang Faizah ketika dia melihat Faizah kemudian juga mulai membuka pakaiannya. Pertama kali Faizah melepas sepasang kaus kakinya disusul jilbab lebar warna hijau yang dipakainya hingga terlihat rambutnya yang dipotong pendek seperti polwan. Setelah itu barulah Faizah melepas jubah panjang warna coklat yang dipakainya sehingga Faizah kini hanya terlihat memakai bh sementara bagian bawahnya memakai celana panjang warna coklat gelap. Rif’ah memang melihat Faizah adalah seoarang akhwat yang berotot bahkan payudaranya pun tergolong kecil. 

    Tanpa memperdulikan pandangan Rif’ah, Faizah melepas BH yang membungkus buah dadanya lalu celana panjang yang menutup bagian tubuhnya juga dilepas. Faizah ternyata tidak memakai celana dalam sehingga ketika celana panjang itu terlepas dari tubuhnya, Faizahpun bugil seperti Rif’ah. Rif’ah ternganga melihat tubuh Faizah bugil di depannya saat ini karena baru pertamakali ini dia melihat Faizah dalam keadaan bugil tanpa selembar benangpun di tubuhnya. Tubuh akhwat PKS yang satu ini memang terlihat perkasa walaupun di dadanya tumbuh sepasang payudara berukuran 32 dengan puting susu coklat gelap serta kemaluannya adalah kemaluan wanita, apalagi kulitnya yang coklat mengesankan keperkasaannya. Satu hal yang tak diduga Rif’ah sebelumnya, ternyata Faizah mempunyai kemaluan dengan rambut yang lebat sehingga sebagian kemaluan Faizah yang cukup montok membukit itu tertutupi oleh lebatnya rambut kemaluannya. 

    Rif’ah tak sempat memikirkan lebatnya rambut kemaluan Faizah yang lebat tersebut lebih lama, karena Faizah segera naik ke pembaringan dan segera menindihnya. Sesaat Rif’ah sempat tersadar kalau yang mencumbunya adalah seorang wanita seperti dirinya, namun kesadaran itu tak sempat menguasainya Faizah segera merangsangnya kembali membuat Rif’ah kembali tenggelam dalam birahi. Dengan liar Faizah mencumbu Rif’ah, melumat bibir sensual Rif’ah, mengesekkan payudaranya dengan payudara Rif’ah, menempelkan bibir kemaluanya dengan bibir kemaluan Rif’ah lantas menggesek-gesekkannya. Deru nafas, desahan dan rintihan kenikmatan kedua gadis yang tenggelam birahi itu seakan tak putus terdengar disela-sela suara beradunya dua tubuh yang saling membelit. Rif’ah yang semula adalah akhwat PKS alim dan jauh dari perbuatan-perbuatan mesum larut dalam kenikmatan dan sensasi birahi yang dibawa Faizah. 

    Persetubuhan kedua gadis ini berakhir lewat dini hari. Rif’ah dan Faizah terkapar ….perbuatan-perbuatan mesum larut dalam kenikmatan dan sensasi birahi yang dibawa Faizah. 

    Persetubuhan kedua gadis ini berakhir lewat dini hari. Rif’ah dan Faizah terkapar lemas di pembaringan. Tubuh bugil kedua gadis ini penuh dengan bilur-bilur warna merah bekas gigitan mereka masing-masing terutama tubuh Rif’ah yang berkulit putih mulus. 

    “Pulang sekarang atau besok pagi mbak?” tanya Faizah dengan nafas yang masih memburu satu-satu. 

    “Terserah Faizah aja, khan Faizah yang bawa motornya” jawab Rif’ah. 
    “Ya udah..besok pagi aja…kita tidur aja mbak..capek… berpelukan mbak..dingin” ujar Faizah sambil memeluk tubuh Rif’ah yang masih bugil dengan mesra, kemudian dengan kakinya Faizah menarik selimut yang ada diujung pembaringan untuk menutupi mereka berdua. 

    Keesokan paginya ketika matahari telah terbit, sebuah sepeda motor yang dinaiki dua gadis berjilbab lebar yang tak lain Faizah dan Rif’ah terlihat keluar meninggalkan rumah yang dijadikan kantor DPD PKS. 

    “Mbak Rif’ah mau ke kampus atau ke kost dulu?”tanya Faizah 

    “Ke kost dulu aja…”jawab Rif’ah datar seakan tak bergairah membuat Faizah mengerutkan keningnya 

    Pikiran akhwat PKS ini masih terbayang kejadian semalam. Dia serasa masih belum percaya kalau semalam dia telah melakukan persetubuhan dengan Faizah. Berbagai perasaan berkecamuk dalam dirinya antara perasaan merasa bersalah namun ternyata semalam dia sengat menikmati persetubuhan dnegan Faizah. 

    Faizah dapat merasakan kalau Rif’ah masih terguncang dengan kejadian semalam. Faizah bisa mengerti karena ketika pertamakali dia mengenal dunia lesbian juga terguncang sebelum akhirnya kecanduan. Faizah menyadari perbuatannya adalah perbuatan terlarang ketika dia ikut PKS dan dia berusah menghilangkannya namun hasratnya ternyata sulit dibendung ketika melihat kecantikan dan tubuh Rif’ah, akhwat seniornya di PKS yang di matanya mungkin bernilai 8. Tanpa diduganya, Rif’ah ternyata mudah sekali untuk dbawa bercinta seperti tadi malam. Betul-betul akhwat yang polos dalam masalah seks. 

    Hampir satu bulan sudah sejak peristiwa di DPD, Rif’ah masih terombang-ambing namun akhwat cantik ini tidak dapat menolak ketika Faizah tidur di kamarnya kemudian mengajaknya bercinta semalam suntuk. Seluruh akhwat penghuni kost itu tidak menaruh curiga apapun walaupun hampir tiap malam Faizah tidur di kamar Rif’ah karena mereka memang sama-sama perempuan. Mereka hanya melihat kedua akhwat itu kini semakin akrab sampai kemudian kedua akhwat itu datang pada sebuah kajian yang membahas mengenai fenomena lesbian. Saat itu wajah Rif’ah tersadar dengan kekeliruannya selama ini. Wajah akahwat cantik ini merah padam mendengar isi kajian yang mengutuk perilaku lesbian sementara Faizah cenderung untuk tidak mendengarkannya. 

    Sepulangnya dari kajian itu, Rif’ah mulai menjaga jarak dengan Faizah. Faizah yang merasa Rif’ah mulai berubah, berusaha menekan Rif’ah agar tidak meninggalkannya. Faizah sangat bernafsu kepada Rif’ah, akhwat cantik dnegan bau kemaluannya yang segar dan wangi dan dia tidak rela harus putus hubungan dnegan Rif’ah. Akhirnya Faizah harus melakukan ancaman fisik terlebih dahulu sebelum melampiaskan nafsunya kepada Rif’ah. Rif’ah sebagai seorang akhwat yang lembut dan lemah tak mampu melawan ancaman Faizah sehingga dengan terpaksa dia melayani nafsu Faizah yang menyimpang dari kodratnya. 

    Tak sampai setengah bulan kemudian, Rif’ah merasa tidak tahan terhadap paksaan Faizah untuk melayani nafsu seksualnya, sehingga akhwat ini berencana pindah kost. Rupanya Faizah mencium rencana Rif’ah pindah kost sehingga akhwat hitam manis ini menekannya agar tidak meninggalkan kost.Rif’ah yang ketakutan dengan ancaman Faizah akhirnya meminta perlindungan kepada Ummu Nida, mantan Kabid Kewanitaan DPD PKS yang kini duduk di DPW tingkat propinsi. Di matanya Ummu Nida adalah seorang ummahat yang keras, tegas dan berani. Ummahat berusia 30an dan telah mempunyai tiga anak itu memang pantas menjadi pemimpin akhwat PKS. Secara fisik Ummu Nida adalah seorang ummahat yang bertubuh besar padahal suaminya bertubuh kurus. 

    Sore itu sepulangnya dari kampus, Rif’ah tidak pulang ke kostnya namun pergi ke tempat Ummu Nida di sebuah perumahan di pinggiran kota. Akhwat ini bertekad untuk menceritakan semua yang telah dilakukannya bersama Faizah sekaligus minta perlindungan dari paksaan Faizah kepadanya. Sesampainya di rumah Ummu Nida, Rif’ah heran ketika melihat beberapa sepeda motor yang terparkir di rumah tersebut. Dilihatnya Abu Nida, suami Ummu Nida sedang duduk di teras bersama anak mereka yang terkecil yang baru berusia 2 tahun. 

    Setelah salam, Rif’ah menanyakan Ummu Nida kepada Abu Nida’ 

    “Masuk aja….lagi pada senam di halaman belakang” 
    Senam? Kening Rif’ah berkerenyit heran. Namun tak bertanya-tanya lagi, akhwat PKS ini masuk ke rumah langsung ke halaman belakang. Sesampainya di halaman belakang, Rif’ah tertegun rupanya senam itu telah selesai ketika dia melihat Ummu Nida dan kurang lebih 15 wanita berpakaian senam yang sexy terlihat duduk kelelahan. Rif’ah terlihat kaget melihat Ummu Nida dan lainnya memakai baju senam yang sexy itu. Rif’ah hampir tidak mengenali para ummahat yang yang memakai pakaian senam yang sexy karena sebelumnya Rif’ah melihat mereka dengan jilbab lebar dan jubah panjang. Kemunculan Rif’ah langsung disambut hangat oleh Ummu Nida dan beberapa ummahat lainnya yang mengenalnya. 

    “Ooo dik Rif’ah….bunga tercantik di PKS datang berkunjung!” seloroh Ummu Nida membuat Rif’ah tersipu-sipu. 

    Rif’ah kemudian bersalaman dengan seluruh ummahat sambil saling menempelkan pipi. 

    “Senam apaan mbak?” tanya Rif’ah. 

    “Senam Ummahat, kalau anti sih nggak perlu, tubuh anti khan masih sexy dan sintal nah kalo kami-kami yang sudah punya anak ini ya harus berupaya agar tubuh-tubuh kami tetap sintal dan menggiurkan bagi suami…”jawab Ummu Nida. 

    “Ah..bisa aja..tubuh mbak juga sintal dan montok” balas Rif’ah …
    …tubuh-tubuh kami tetap sintal dan menggiurkan bagi suami…”jawab Ummu Nida. 

    “Ah..bisa aja..tubuh mbak juga sintal dan montok” balas Rif’ah sambil memandang sekujur tubuh Ummu Nida yang masih berbalut pakian senam yang ketat. 

    Ummu Nida memang mempunyai tubuh yang sintal dan montok. Walaupun sudah mempunyai tiga anak, perutnya terlihat rata. Buah dadanya montok mungkin berukuran sekitar 36 dengan pantat yang bahenol. Wanita berkulit kuning langsat yang masih terlihat kencang ini mempunyai wajah yang cukup cantik walaupun sudah tidak terlihat muda lagi. Rif’ah perkirakan usia Ummu Nida sekitar 33 tahun. 

    Melihat Ummu Nida, Rif’ah teringat Faizah. Rif’ah bisa membayangkan reaksi Faizah bila melihat Ummu Nida dalam balutan pakaian senam seperti sore ini. 

    “Nunggu dulu yah…pada mau kemas-kemas” ujar Ummu Nida yang dijawab anggukan Rif’ah. 
    Rif’ah melihat kesibukan Ummu Nida dan ummahat lainnya yang berkemas-kemas. Rif’ah memang baru tahu kalo ada senam Ummahat seperti ini jadi memang bukan isapan jempol kalau ada berita bahwa kebanyakan ummahat PKS mempunyai tubuh yang sintal dan bahenol. Dalam waktu beberapa menit kemudian para ummhat PKS yang semula masih berbalut pakaian senam kini kembali terlihat dengan jubah panjang dan jilbab lebar. Melihat ummahat tersebut kembali memakai pakaian tersebut, Rif’ah baru mengenali dengan jelas satu persatu ummahat yang datang dan rupanya banyak ummahat yang dikenalnya. 

    “Itu guru senamnya?”tanya Rif’ah kepada Ummu Nida ketika melihat seorang wanita yang tidak berjilbab terlihat sexy dengan jeans dan kaos ketat. 

    “Ya…namanya Venny..guru senam di sanggar senam dekat kantor DPW. Kita sewa untuk melatih kita” jawab Ummu Nida. 

    Tak lama kemudian rumah Ummu Nida pun kembali sepi, setelah satu persatu ummahat itu pulang ke rumah mereka. 

    “Ada apa dik, kelihatan banyak masalah..jadi nginep khan seperti dalam sms tadi?”tanya Ummu Nida 

    Rif’ah mengangguk 

    “Nanti malam ya mbak….Rif’ah capek banget” 
    Ummu Nida mengangguk mengerti, lalu diantarkannya gadis ini ke kamar yang disiapkan. 

    “Nida dan Yasmin lagi liburan di rumah neneknya, jadi dik Rif’ah bisa tidur di kamar ini” kata Ummu Nida sambil mengantarkan gadis ini ke kamar kedua anaknya. Rif’ah mengangguk dan baru mengerti kenapa sejak tadi tidak melihat Nida dan Yasmin dan hanya melihat anak terkecil Ummu Nida yang digendong Abu Nida di teras. 

    “Makasih mbak” kata Rif’ah. 

    Malam harinya, Ummu Nida terkejut luar biasa mendengar penuturan Rif’ah mengenai hubungannya dengan Faizah namun Rif’ah tidak menceritakan kalau dia juga menikmati hubungan sesama jenis tersebut. Wajah Ummu Nida merah padam mendengar penuturan Rif’ah yang menuturkan sambil terisak. 

    “Rif’ah menyesal mbak….tapi Faizah terus mengancam dan menekan. Rif’ah tidak berani” 

    “Kalau begitu Faizah harus keluar dari kost akhwat tersebut, dia berbahaya buat akhwat PKS lainnya baru sabuk hijau saja sudah banyak tingkah” ujar Ummu Nida tampak geram. Rif’ah memang mendengar kalau Ummu Nida sebelum menjadi akhwat adalah mantan atlit karateka propinsi dan sudah sampai sabuk hitam, tapi dia tidak mengerti masalah sabuk-sabuk tersebut sehingag dia tidak tahu maksud ucapan Ummu Nida. 

    “Sekarang dik Rif’ah istirahat dulu aja…nggak papa. Biar mbak yang bereskan Faizah itu” desis Ummu Nida mirip perintah. 

    Mendengar ucapan Ummu Nida itu, Rif’ah pun segera pamit ke kamar yang terletak di sebelah kamar Ummu Nida dan suaminya.. 

    Di kamar tempat dia berbaring itu, Rif’ah gelisah. Ada sedikit rasa penyesalan menceritakan masalahnya kepada Ummu Nida, khawatir menjadi konsusmi public di kalangan akhwat PKS namun kemudian penyesalan itu ditepisnya karena dia yakin Ummu Nida akan bertindak yang terbaik untuknya. Apalagi setelah Rif’ah masuk ke kamar, dia mendengar pembicaraan Ummu Nida dan suaminya berkisar masalah Faizah bukan dirinya. Namun kelelahan yang mencengkamnya membuat Rif’ah tak lama mendengar pembicaraan itu karena kemudian dia tertidur pulas. 

    Tengah malam Rif’ah terbangun ketika dia mendengar suara canda dan ketawa-ketawa dari kamar sebelahnya yang tak lain adalah kamar Ummu Nida dan suaminya. Rif’ah memahami sehingga diapun kembali berusaha tertidur namun ternyata suara-suara itu kemudian mengganggunya sehingga membuatnya sulit tertidur apalagi setelah terdengar suara-suara aneh dari kamar tersebut di sela-sela canda suami istri tersebut. Suara tersebut membuat Rif’ah gelisah dan benaknya tanpa sadar membayangkan apa yang tengah terjadi di kamar sebelah antara Ummu Nida dan suaminya. Bayangan tersebut terhenti ketika kemudian Rif’ah merasa ingin buang air kecil. 

    Dengan hati-hati dan pelan, Rif’ah keluar kamar menuju ke WC. Suasana ruangan di luar kamar remang-remang karena lampu di ruangan tersebut telah dimatikan dan Rif’ah tidak tahu tempat saklar lampu. Namun cahaya lampu dapur yang dibiarkan menyala membantu Rif’ah berhasil sampai ke WC. Setelah menuntaskan hajatnya, Rif’ah segera kembali ke kamarnya. Ketika Rif’ah hendak membuka pintu kamar tempat dia tidur, terdengar kembali suara-suara dari kamar Ummu Nida. Suara ketawa, dengusan dan suara-suara aneh membuat Rif’ah berdebar-debar. Tanpa sadar benak Rif’ah teringat film porno yang ditontonnya di warnet beberapa waktu yang lalu. Dada akhwat PKS ini berdegup kencang ketika kemudian matanya melihat seberkas sinar keluar dari lubang kunci pintu kamar Ummu Nida. Rif’ah mengurungkan niatnya masuk ke kamar, akhwat PKS ini justru menempelkan matanya ke lubang kunci tersebut dan sedetik kemudian bola mata Rif’ah membelalak lebar melihat pemandangan yang dilihatnya melalui lubang kunci tersebut. Tubuh gadis cantik ini gemetar (bersambung)

    0 komentar

  • Online

    Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Forum Bersama Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan