• Posted by : Tanpa Nama 18 Mac 2014

    Melalui lubang kunci tersebut, suasana kamar Ummu Nida terlihat jelas terutama ranjang tempat tidur Ummu Nida dan suaminya. Di ranjang tersebut, Rif’ah melihat Ummu Nida dan suaminya telanjang bulat tanpa selembar pakaianpun menutupi tubuh mereka berdua. Rif’ah sempat tertegun melihat Ummu Nida dalam keadan telanjang bulat seperti itu. Tubuh ummahat berkulit kuning langsat yang telah beranak tiga tersebut ternyata masih kencang dan terlihat montok dengan sepasang buah dadanya yang besar menggelayut di dadanya.  Kemaluan Ummu Nida juga nampak bersih dari bulu-bulu kemaluan seperti kemaluan Rif’ah hanya bedanya bibir kemaluan Ummu Nida telah menggelambir kehitam-hitaman sementara bibir kemaluan Rif’ah terlihat rapat dengan warna kemerah-merahan. Ummu Nida terlihat bernafsu menciumi sekujur tubuh suaminya hingga akhirnya terhenti di bagian kontol Abu Nida. Tubuh Rif’ah gemetar ketika matanya melihat kontol suami Ummu Nida yang tegak mengeras. Kontol suami Ummu Nida itu besar dan panjang dengan otot-ototnya yang terlihat menonjol, dan terlihat sangat kontras dengan tubuh Abu Nida yang kerempeng. Ummu Nida terlihat sangat bernafsu menjilati dan menciumi kontol suaminya tersebut hingga beberapa lama ummahat ini asyik dengan batang kontol suaminya tersebut. Rif’ah yang melihat keasyikan Ummu Nida hanya mampu terengah membayangkan dirinya juga ikut menjilati kontol suami Ummu Nida yang besar itu.

    Abu Nida terlihat tersenyum-senyum dan terkadang melenguh keenakan menikmati perbuatan istrinya ntersebut. Ketika Ummu Nida kemudian menggenggam kontol suaminya dan diarahkan ke liang kemaluannya, Abu Nida segera membalikkan tubuh montok Ummu Nida sehingga Abu Nida kini berposisi menindih istrinya. Ummu Nida terpekik manja namun beberapa saat kemudian ummahat ini mendesah ketika kontol besar suaminya mulai menembus liang kemaluannya dan beberapa saat kemudian perempuan yang telah beranak tiga ini merintih-rintih jalang ketika suaminya menyetubuhinya. Rif’ah yang melihat adegan tersebut melalui lubang kunci hanya terengah-engah dengan tubuh panas dingin ketika kontol besar Abu Nida menyodok kemaluan Ummu Nida berulangkali. Rif’ah melihat lubang kemaluan Ummu Nida yang tampak lebar karena telah mengeluarkan 3 anak itu seakan tidak muat dimasuki kontol suaminya. Tubuh montok Ummu Nida tampak terguncang-guncang oleh gerakan kontol suaminya sementara kedua payudara ummahat dengan puting susu yang tegak kecoklatan ini tampak dikunyah-kunyah oleh Abu Nida dengan penuh nafsu. Adegan-adegan di ranjang Ummu Nida ini membuat Rif’ah terangsang, jauh lebih terangsang dibanding waktu melihat film porno di warnet sehingga akhwat cantik ini kemudian menggosok-gosokkan kemaluannya sendiri. Rif’ah membayangkan kontol Abu Nida yang besar itu juga menyodok kemaluannya dan kemaluan akhwat PKS ini sendiri telah basah kuyup.
    Ummu Nida merintih-rintih kenikmatan dengan tubuh yang terguncang-guncang..

    “Ohh…ohhh…ssshh….terusss….enaaaaaak..ahhh”


    “Sst…jangan keras-keras …nanti kedengaran Rif’ah……kasihan dia belum nikah”bisik suaminya membuat Ummu Nida tertawa manja.


    Wajah Rif’ah memerah mendengar obrolan diantara suara-suara persetubuhan suami istri ini yang membicarakan dirinya. Mendadak ada rasa bersalah yang menyergap Rif’ah yang tengah mengintip aktivitas suami istri ini di kamar sehingga membuat Rif’ah berniat kembali masuk ke kamar. Namun niat itu buyar ketika Rif’ah melihat tubuh Ummu Nida mengejang dan memeluk suaminya erta-erat. Gadis cantik ini melihat Ummu Nida rupanya telah sampai puncak kenikmatannya ..


    “Ahhhhh Abiii……Ummi keluarrrr..aaahhhhh..ssshhhh” pekik Ummu Nida sambil memeluk erat suaminya dan melingkarkan kedua pahanya membelit tubuh suaminya dengan pantat yang terangkat tinggi. Rif’ah melihat ekspresi wajah Ummu Nida terlihat merasakan kenikmatan yang luar biasa. Beberapa saat kemudian Rif’ah melihat tubuh ummahat ini lemas..


    “Aku belum keluar..sayang”desis Abu Nida yang disambut dengan senyuman lemah istrinya. Rif’ah melihat cukup jelas cairan kenikmatan Ummu Nida keluar dari liang kemaluan yang masih dimasuki kontol suaminya.


    “Tuntasin aja bi..”desis Ummu Nida kelelahan


    Tubuh lemas Ummu Nida kemudian kembali terguncang-guncang oleh gerakan kontol suaminya. Cukup lama tubuh montok ummu Nida terguncang-guncang sebelum akhirnya suami Ummu Nida menggeram lantas memeluk istrinya erat. Laki-laki bertubuh kurus namun berkontol besar itu membenamkan kontolnya dalam-dalam. Tubuh Ummu Nida tersentak ketika suaminya juga mengeluarkan mani dengan bergelombang di dasar kemaluannya. Ummhat inipun balas memeluk suaminya dengan erat.


    Kamar yang semula riuh oleh bunyi beradunya dua tubuh yang bersenggama mendadak sunyi. Hanya terdengar dengus nafas keduanya yang masih berpelukan dengan kontol Abu Nida masih tertanam di kemaluan istrinya. Mata Ummu Nida tampak terpejam dnegan senyum tersungging di bibirnya


    “Aku mau ke belakang dulu” kata Abu Nida sambil mencabut kontolnya dari liang kemaluan istrinya. Ummu Nida mengangguk sambil memandang mesra suaminya.


    Rif’ah yang masih mengintip melalui lubang kunci terkejut mendengar Abu Nida ingin ke WC. Dengan cepat akhwat PKS ini masuk ke kamar tempat dia tidur tanpa menimbulkan suara. Abu Nida ternyata perlu waktu sebelum dia keluar kamar, mungkin dia memakai celana terlebih dulu. Rif’ah yang kini berbaring di pembaringan dalam kamar, mendengar Abu Nida masuk ke kamar mandi dan beberapa saat kemudian suami Ummu Nida ini kembali masuk ke kamarnya.


    “Main lagi yuk..mi…Ummi belum capek khan” terdengar suara Abu Nida mengajak istrinya yang membuat Rif’ah berdebar-debar mendengarnya.


    “Ah..abi besok lagi aja….ummi capek ..tadi sore habis senam sih” jawab Ummu Nida beberapa saat.”Ummi khan nggak semuda dulu…bi”


    “Ah..ummi khan baru 36 tahun..masih muda”sanggah Abu Nida.


    “Capek bi….Ummi janji besok …saja.”Ummi khan nggak semuda dulu…bi” 

    “Ah..ummi khan baru 36 tahun..masih muda”sanggah Abu Nida.

    “Capek bi….Ummi janji besok malem lagi…yah”

    Abu Nida tidak menyanggah lagi. Terdengar beberapa suara sebelum kemudian suasana kamar suami istri ini akhirnya terdengar sepi bahkan beberapa saat kemudian, terdengar dengkur lirih Abu Nida. Rif’ah yang gelisah berbaring di kamar sebelah itupun tak berapa lama kemudian akhirnya ikut tertidur.

    Pagi harinya….
    Rif’ah terbangun ketika mendengar pintu kamar diketuk-ketuk cukup keras oleh seseorang.

    “Dik Rif’ah…ayo bangun sudah siang..”ujar orang yang mengetuk-etuk pintu yang tak lain adalah Ummu Nida.

    “Ya..ya mbak…”jawab Rif’ah meloncat bangun lantas segera menyambar jilbabnya. Di rumah Ummu Nida, Rif’ah memang harus selalu berjilbab jika di luar kamar karena khawatir terlihat suami Ummu Nida, barus etelah Abu Nida pergi ke kantor, Rif’ah baru bebas membuka jilbabnya,

    “Kok sampai kesiangan…ayo cepat sana”kata Ummu Nida melihat Rif’ah muncul dari kamar.

    “Yaa..yaa..mbak” sahut Rif’ah sambil bergegas ke kamar mandi.

    Begitu di kamar mandi, Rif’ah segera mandi mengguyur tubuhnya karena semalam dia telah bermasturbasi.

    Ummu Nida yang mendengar suara Rif’ah mandi hanya tersenyum penuh arti.

    “Kok mandi dik….mimpi apa yah semalam….kangen sama Faizah ya?”goda Ummu Nida begitu Rif’ah keluar dari kamar mandi.

    “Ah..nggak mbak…jijik malah ngebayangin Faizah”sergah Rif’ah

    “Makanya nikah…..banyak ikhwan yang mau sama anti kok, atau mau mbak carikan”

    Rif’ah hanya tertawa dan segera masuk ke kamarnya kembali.
    Tak berapa lama kemudian Rif’ah keluar kamar dengan jilbab lebar dan jubah panjangnya. Akhwat PKS ini segera pergi ke dapur ketika di dengarnya Ummu Nida sibuk di dapur.
    Ummu Nida tersenyum melihat Rif’ah muncul di dapur.

    “Memang semalam mimpi apa kok sampai basah segala?”todong Ummu Nida membuat Rif’ah tergagap.

    “Ah mbak ini….mbak juga pagi-pagi dah mandi” ujar Rif’ah balik menggoda melihat rambut panjang yang dimiliki Ummu Nida tampak basah.
    Ummu Nida yang tengah menggoreng telur itu tertawa mendengarnya.

    “Wajar dong dik…namanya juga wanita bersuami..anti tahu apa masalah itu”
    Rif’ah memandang sekujur tubuh Ummu Nida yang berbalut daster warna hijau nampak kontras dengan kulitnya yang kuning langsat. Rif’ah teringat kembali tubuh bugil Ummu Nida yang dilihatnya semalam. Tubuh ummahat separuh baya yang berkulit kuning langsat memang montok dan menggiurkan.

    “Ngomomg-ngomong umur mbak berapa?”
    Ummu Nida menoleh ke arah akhwat cantik ini.

    “Emang kenapa?….coba tebak”

    “Mbak masih keliatan muda….mungkin 33 tahun”

    Ummu Nida tersenyum mendengarnya. Umu Nida terlihat berpikir sesaat

    “Tahu Intan Savitri, Izzatul Jannah..cerpenis itu?”

    Rif’ah mengangguk. Akhwat PKS mana yang tidak kenal dengan cerpenis kondang tersebut, apalagi Rif’ah satu kota dengannya dan dia memang mengenal cerpenis itu secara pribadi.

    “Dia adik angkatan.satu tingkat di kampus”

    “Oo…..kalo gitu berarti mbak sekitar 36-37..soalnya setahuku mbak Ije udah 35 th..?”

    “Ya sekitar itu…”

    “Tapi tubuh mbak masih kencang, sintal…. padahal anak pertama mbak Nida juga sudah 11 tahun, pantesan abinya betah..lagian wajah mbak cantik”

    “O’ya…tapi dibandingkan dik Rif’ah masih kalah..ibaratnya mbak dapat nilai 6, dik Rif’ah 8”

    “Tapi payudara mbak gede..” sergah Rif’ah sambil memandang dada Ummu Nida yang membusung

    “Yah dulu waktu seumur dik Rif’ah..payudara mbak juga segede dik Rif’ah..tapi setelah punya anak jadi bengkak kayak gini, entar kalo dik Rif’ah punya anak juga akan segede mbak”
    Rif’ah tertawa mendengarnya.

    Ummu Nida menoleh ke arah Rif’ah

    “Daripada nganggur, tolong dik Rif’ah.. nasinya diletakkan di meja makan…abinya mau makan dulu nanti baru kita, dia lagi buru-buru”

    Rif’ah mengangguk sambil membawa magic jar berisi nasi hangat ke meja makan.
    Langkah Rif’ah sempat terhenti ketika dia melihat Abu Nida tampak bermain-main dengan Ayyash, anak mereka yang paling kecil dan baru berumur 2 tahun. Laki-laki ini duduk di kursi yang dekat meja makan sementara Ayyash tampak bermain-main di lantai.

    Sedikit gugup, Rif’ah meletakkan magic jar di meja makan. Rif’ah sempat melirik ke arah Abu Nida terutama di bagian selangkangan suami Abu Nida. Terbayang kembali kontol suami Ummu Nida yang dilihatnya semalam. Namun ketika matanya kemudian memandang wajah pria berbadan kurus ini, Rif’ah kaget ketika ternyata suami Ummu Nida ini tengah memandanginya. Rif’ah menjadi gugup luar biasa dan dengan tergesa-gesa, magic jar itu diletakkan di meja makan dan segera kembali ke dapur.

    “Kenapa dik?’tanya Ummu Nida.

    “Nggak papa..mbak..ada tikus..bikin kaget” jawab Rif’ah tergagap.

    “Oo..” Ummu Nida tersenyum geli.

    Rif’ah berusaha menenangkan diri dan meyakinkan diri kalau Abu Nida memandanginya bukan karena perbuatannya semalam. Terbayang kembali kejadian semalam dan dia yakin Abu Nida tidak memergokinya mengintip ke dalam kamar mereka berdua. Rif’ah meyakini bahwa pandangan Abu Nida tadi tak lebih sekedar kekaguman kepada kecantikan wajah yang dimilikinya. Selama ini banyak pria yang betah memandangnya lama-lama bahkan di kalangan ikhwan PKS sendiri dan Rif’ah menganggapnya wajar saja.

    Setelah …
    …Setelah Abu Nida pergi ke kantor, barulah Rif’ah merasa bebas. Seharian di rumah Ummu Nida, Rif’ah hanya sekedar membantu Ummu Nida sebagai ibu rumah tangga. Memang berulangkali kali Faizah menelpon dan sms ke hpnya tapi atas saran Ummu Nida, semuanya tidak usah dilayani. Ummu Nida menyatakan akan membantu Rif’ah menghadapi Faizah dan Rif’ah yakin kalau Ummu Nida akan dapat mengatasi Faizah karena dari yang dipahaminya, kemampuan beladiri Ummu Nida lebih tinggi dari Faizah lebih dari itu Ummu Nida berjanji untuk mengusir Faizah dari tempat kost dan memecatnya dari keanggotan Santika di DPD PKS.

    Malam harinya, walaupun sebelumnya seringkali diliputi rasa bersalah, Rif’ah tak mampu menahan diri untuk kembali mengintip aktivitas Ummu Nida dan suaminya di kamar. Bahkan kali ini persetubuhan sepasang suami istri ini lebih hebat dan lebih lama daripada malam kemarin sebagaimana yang dijanjikan Ummu Nida kepada suaminya. Rif’ah hanya mampu gemetaran di depan lubang kunci pintu kamar suami istri tersebut mengintip persetubuhan mereka berdua yang membuat gadis cantik aktivis PKS ini akhirnya bermasturbasi seperti kemarin malam. Namun tidak seperti kemarin malam, kali ini Rif’ah segera mandi seusai masturbasi baru kembali tidur.

    “Dik Rif’ah suka mandi malam yah?” tanya Ummu Nida beberapa hari kemudian setelah Rif’ah sering mandi malam seusai masturbasi sambil ngintip ummahat ini bersetubuh dengan suaminya..

    “ Enggh…Ya mbak..kebiasaan di kost…biar seger aja” jawab Rif’ah sedikit grogi
    Untuk menutupi kegugupannya Rif’ah balik bertanya

    “Mbak kok tiap pagi keramas?”.
    Ummu Nida terkejut mendengar pertanyaan Rif’ah yang tidak diduganya.

    “Nggak tahu tuh abinya…..”jawab Ummu Nida sambil tertawa lepas.
    Tak terasa hampir seminggu Rif’ah di rumah Ummu Nida dan hampir tiap malam Rif’ah mengintip aktivitas malam Ummu Nida dan suaminya sehingga membuat akhwat PKS ini sangat hapal betul lekak-lekuk tubuh suami istri ini. Rif’ah juga hafal betul bentuk dan ukuran kontol Abu Nida bahkan gadis ini hafal kalau di pangkal kontol suami Ummu Nida itu terdapat 2 buah tahi lalat yang cukup besar. Rif’ah merasa takjub ketika selama akhwat ini tidur di rumah Ummu Nida, tiap malam suami istri ini bersetubuh dan yang mendebarkan Rif’ah, gadis ini tahu suami Ummu Nida-lah yang selalu meminta bercumbu tiap malam. Aktivitas mengintip suami istri itu ternyata telah menjadi candu tersendiri bagi Rif’ah dan akhirnya membuatnya sering berkhayal disetubuhi Abu Nida karena diam-diam Rif’ah mengagumi keperkasaan Abu Nida menyetubuhi istrinya tiap malam.

    Tepat 6 hari Rif’ah berada di rumah Ummu Nida ketika pagi itu Rif’ah diajak bicara oleh Ummu Nida.

    “Dik Rif’ah…maaf mbak baru cerita sekarang .kemarin sore Faizah datang ke kantor DPW PKS cari dik Rif’ah…..”

    Rif’ah tegang mendengar pembukaan cerita Ummu Nida. Ditatapnya ummahat ini dalam-dalam. Ummu Nida mengibaskan sejenak rambutnya yang basah setelah keramas pagi tadi.
    Rif’ah tahu betul kalau semalam Ummu Nida telah disetubuhi suaminya kemudian bekas cupang di leher yang terlihat memerah juga bekas gigitan suaminya., bahkan di balik jubah panjang yang dipakainya pagi ini Rif’ah tahu bahwa payudara, perut dan selangkangan Ummu Nida penuh dengan cupang bekas gigitan suaminya tadi malam.

    “Terus mbak….”desak Rif’ah sambil mengusir bayangan cupang di leher Ummu Nida yang membuatnya teringat persetubuhan suami istri yang dilihatnya semalam.

    ”Mbak ceritakan semuanya. Mbak cerita kalau mbak tahu aktivitas dia dan dik Rif’ah, mbak nasehati agar dia insyaf karena perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak wajar…….”
    Rif’ah semakin tegang mendengarnya..

    “Faizah marah…dan itu membuat mbak marah…dan mbak katakan mbak akan usir dia dan pecat dia dari Santika DPD dan mbak akan ingatkan kepada seluruh akhwat PKS agar berhati-hati dengan dia, akhwat lesbian…. dia ngajak berantem dan hampir mbak layani untunglah dilerai akhwat-akhwat lainya.”

    Rif’ah tertegun melihat wajah Ummu Nida yang tampak memerah, tangannya kini menimang-nimang HP Nokia miliknya.

    “Kemudian dia keluar dari kantor DPW PKS tanpa bicara apa-apa…mbak diamkan dan mbak sms minta maaf kalau telah berbuat kasar kepadanya dan mbak uga sms bilang belum ada yang tahu jadi masih ada kesempatan memperbaiki diri….eh dasar kurang ajar anak ini.. dia malah menantang”

    “Menantang bagaimana?”

    “Anak ini SMS kalau dia menantang mbak bertarung, jika kalah dia bersedia untuk dikeluarkan dari PKS secara tidak hormat dan dia berjanji untuk tidak mengganggu dik Rif’ah lagi….”

    “Terus…”.

    “Kalau dia yang menang, dia minta jabatan komandan Santika di DPD dan ingin satu kost lagi dan satu kamar dengan dik Rif’ah…”

    Rif’ah ternganga mendengarnya. Wajah cantiknya kontan pucat pasi mendengar ucapan Ummu Nida.

    “Kalau misalnya dik Rif’ah tidak mau…dia minta wanita pengganti untuk memuaskan nafsunya yang menyimpang”

    Wajah Rif’ah sudah pucat pasi dan gadis cantik berjilbab ini hanya tertegun tak mampu berkata apapun. Ummu Nida tersenyum.

    “Tapi tenang aja dik…anak itu tidak mungkin menang” tandas Ummu Nida, ”dia khan baru sabuk hijau..masih dua tingkat di bawahku, kalaupun naik paling banter dia sabuk coklat”

    “Jadi mbak sudah mengiyakan tantangannya?”

    Ummu Nida mengangguk
    “Tempatnya nanti di Markas DPD Kota.. dan Ummu Rosyid, komandan Santika DPD yang akan menjadi juri”

    Rif’ah mengenal Ummu Rosyid, seorang ummahat PKS mantan menwa saat dia masih kuliah dan suaminya adalah ketua DPD PKS Kota itu. bersambung

    0 komentar

  • Online

    Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Forum Bersama Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan